31 Desember 2013

Sedikit Bercermin Sebelum Memulai Kencan Dengan 2014





Tinggal hitungan jam. Dua tangan ini cukup untung menghitungnya. Sebuah lembaran baru akan dibuka. Sebuah halaman kosong, bersih dari segala coretan, halaman suci. Dimana cerita  yang akan tertulis disana hanya tuhan dan para malaikat yang tahu. Tetapi tetap saja, akulah yang akan menulikan kisahku di sana, bagaimana huruf pertama kutuliskan, bagaimana paragraf pertama kurangkai, itu semua bergantung padaku. Tergantung bagaimana aku memasuki halaman baru itu. Masihkah meneruskan cerita lama, atau benar – benar sebuah cerita baru.
Tahun ini, 2013. Banyak kejadian yang telah terjadi. Perlu satu rak buku untuk menuliskan kisah ini. Perlu setumpuk kanvas untuk melukiskan keindahannya. Dan memerlukan beberapa mangkok untuk menampung air mata dari tangisku selama ini. Aku bahkan lupa huruf apa yang pertama kali kuletakkan di halaman baru waktu itu. Begitu banyak kisah selama setahun ini. Beberapa berakhir senyuman, banyak juga yang berakhir menjadi tangisan.
Keluarga. Lagi – lagi aku hanya memiliki sedikit kesempatan bersama mereka. Aku mulai lupa berapa uban dikepala ayahku. Aku mulai buram soal bagaimana lembutanna ibuku saat membelai rambutku. Tawa adek ku juga mulai menguap dari bayangan. Tahun ini adalah tepat dua tahun aku tidak pulang kerumah. Iya, aku menunaikan kewajiban-Nya, menuntut ilmu. Beruntungnya aku menemukan, lebih tepatnya memiliki keluarga lain di sini. Aku menemukan kegalakan ayahku pada sosok mas Dian. Aku juga menemukan kecrewetan ibu ku di dalam sosok mbak Anita. Aku bahkan menemukan sosok yang tak kumiliki, kakak, dalam sosok mas Hendri. Aku juga menemukan banyak saudara lain di sini. Keluarga sosial bem km fmipa ugm. Bersama mereka aku tertawa, mengobati rinduku akan tawa ibuku. Bersama mereka kami berjuang, mengingatkanku akan perjuangan ayahku bekerja demi sekolahku.
Soal asmara. Pada awal – awal kisah di 2013 terukir indah nama Aridianti Nisa Karima di sana, gadis dengan senyuman manis. Kisah yang panjang, namun kisah itu harus berakhir, namanya mulai buram. Kami telah berbeda. Atau mungkin jarak yang tidak mengizinkan kami. UGM dan UI bukanlah jarak yang dekat. Atau mungkin kami sudah tidak memandangi langit yang sama. Kemudian datang sosok baru dalam hidupku, gadis petualang dengan semua angka 7 miliknya merebut hatiku.  Hubungan ini sangat singkat, tetapi memberi begitu banyak warna, juga memeras begitu banyak air mata. Sekali lagi kisah asmaraku kandas. Aku belum memaafkan dia. Mungkin cinta ini sudah luntur oleh asam nya benci. Semoga sebelum detik terakhir di tahun ini aku sudah bisa memaafkan dia.
Tidak banyak yang berubah dari diriku. Aku tidak membuat resolusi besar tahun lalu. Aku masih setia duduk di depan laptop lamaku, menonton film, menulis beberapa tulisan aneh, tulisan setengah jadi yang kemudian tidak pernah jadi. Aku masih pribadi yang introvert, memendam penuh perasaan. Aku juga masih berbinar – binar jika tengah bermain futsal. Mungkin perubahan paling terlihat adalah beberapa celana yang mulai menyempit, juga baju dan sepatu mulai mengecil. Hahahaha ...
Halaman baru itu pasti datang. Tidak peduli aku siap atau tidak, waktu akan terus berlalu. Aku justru mulai berandai – andai. Bagaimana bila tidak ada jarak? Bagaimana jika tujuh tidak pernah masuk dalam deret angka ku? Aku semakin takut menyongsong halaman baru itu. Bagaimana bila aku masih melanjutkan kisah lama. Terbesit dipikiranku aku tidak akan membuka halaman baru. Kemudian sesuatu dari dasar hatiku berbicara, terimalah. Terimalah bagaimanapun masa lalumu, dialah yang membawamu sampai sini. Terimalah dia menyakitimu saat ini, bukan nanti. Terimalah bahwa dia bukanlah yang dulu lagi.  
Aku memafkanmu, masalalu ku, cerita lama ku. Aku tidak ingin masalalu ku memberikan efek buram pada lukisan impianku yang penuh warna. Aku tidak ingin cerita lamaku masih saja menghiasi halaman baru kisah hidupku. Aku siap menongsong kanvas baru, aku siap menyongsong halaman baru. Aku siap 2014.!!!