Di dataran Asia yang terhampar mendekati bekas negara adidaya, Uni
Soviet sana, berdiri kokoh sebuah keajaiban dunia, warisan leluhur yang hingga
saat ini masih saja mengundang decak kagum jutaaaan mahluk, sebut saja itu
Tembok Besar Cina. Tak sekedar pajangan, bukan pula sebuah pamer kekuasaan dari
sebuah dinasti, namun tembok itu bermakna lebih, tembok itu membawa harapan
jutaan rakyat kerajaan kuno Cina. Harapan itu adalah keselamatan, apalagi yang
lebih indah dari “rasa aman” di tengah peperangan kerajaan Cina dan suku Nomad?
Cukuplah aku berbicara batuan cokelat tempat tergantungnya harapan rakyat cina
waktu itu. Aku tak mencintainya, aku hanya terkagum dengannya, dengan mereka.
Lebih dari 8000km batuan tersusun
rapi membentang disepanjang Cina, tiga generasi “dinasti” secara sambut - menyambut
menggarap “proyek” arsitektur besar kala itu, Qin, Han, dan Ming. Akan tetapi yang
membuatku terkagum bukanlah seberapa besar ataupun panjangnya, aku bukanlah
seorang gadis. Yang membuatku terkagum adalah konsistensinya! Kita semua tahu,
memulai sesuatu itu sangatlah mudah, yang sulit adalah menjaga konsistensinya. Tembok
besar Cina tak akan semegah saat ini tanpa konsistensi dari rakyat Cina, tak
sekedar pemimpin yang berganti, dinasti pun berganti. Lihat saja “Candi”
Hambalang yang berada di negri kita ini, yang dibangun tanpa konsistensi namun
penuh konspirasi itu! Begitu berganti kepala, proyek berhenti, “candi” terbengkalai.
Sumber |
Aku lelaki yang punya banyak mimpi,
namun aku juga hanyalah segumpal lemak yang sangat pemalas. Ah! Masih ada
besok, Budiharja tak akan lari kemana walau kisahnya tak kutuliskan, tak akan
ada gadis yang menyukainya, bahkan belum ada yang mengenalnya karena dia
barulah tokoh dalam beberapa lembar hvs. Sempat pula kawan lama hadir mengajak
untuk sebuah kolaborasi tulisan, “Terlalu banyak kisah indah di asrama yang
sayang apabila tidak diceritakan pada mereka di luar sana, Teman” katanya. Namun
obrolan hanyalah sebatas obrolan, sekali lagi bahan bakar habis ketika baru
berjalan 5 meter dari garis start. Ah, aku ingin menggapai beberapa mimpiku
Tuhan. Aku ingin ini, aku ingin itu, aku ingin segalanya, Tuhan. Sehingga aku bisa memakan sarapan buatan Ibuku
tanpa harus memikirkan apapun, absolute peace.
Baiklah… Mari kita mulai… perjalanan
mencari kedaimaian ini.
nice artikel
BalasHapusTerimakasih sudah mau menyempatkan diri untuk membaca tulisan ini, Kak~
Hapus