15 Desember 2014

Terkadang, Impian Membunuh Tuannya

Mimpi. Bolehkah aku menyebut mimpi sebuah “ketidakjelasan” ? Yah, pada faktanya aku tak perlu izinmu untu melakukannya. Daedalus dan anaknya yang terkurung dalam labirin gelap, selalu memimpikan langit yang luas, memimpikan sebuah kebebasan. Dengan usaha yang tidak mudah, mereka membangun sayap mereka, dari bulu – bulu yang mereka “pinjam” dari burung  yang kemudian disatukan dengan lilin. Pada akhirnya mereka dapat bebas, dapat menggapai langit luas yang selalu menjadi impian mereka. Namun apa yang terjadi setelahnya? Ya, Icarus tidaklah puas dengan impian yang telah diraihnya, dia menginginkan sesuatu yang lebih, yang pada akhirnya membuat sayapnya terbakar matahari dan tubuhnya ditelan lautan.
Sumber : Glory of Icarus
Dalam berbagai lukisan maupun puisi, Icarus digambarkan sebagai simbol keberanian, keberanian dalam menyongsong hal baru. Luar biasa, seorang manusia yang mati “dibunuh” oleh mimpinya dijadikan sebuah simbol keberanian. Berminatkah kamu mengikuti jejak Icarus?
Sewaktu aku duduk di bangku kelas 5 Sd, seorang guru bertanya apakah impianku. Kemudian dengan gampangnya aku menjawab, aku ingin jadi aktor. Jawaban yang bisa dibilang ingin mendapatkan kesan keren diantara teman – teman. Atau juga bisa dibilang jawaban yang muncul akibat salah didik oleh para guru, guru yang hanya sekedar menanamkan bahwa impian adalah sebuah profesi. “Kalau udah besar mau jadi apa?” “Jadi polisi ya, biar bisa nangkep banyak penjahat”.
Sewaktu duduk di bangku sekolah menengah, pelajaran yang dianggap sangat sulit adalah Fisika. Dan saat itu juga aku memutuskan untuk hebat dalam pelajaran Fisika, aku ingin menjadi ahli di bidang yang banyak orang tak bisa. Aku ingin dianggap hebat oleh teman – temanku, mungkin. Kemudian impianku kian meninggi, bermimpi mendapat medali emas OSN, bakhan olimpiade internasional. Hampir kemanapun aku pergi, aku selalu membawa sebuah buku Fisika dan sebuah pensil. Pada akhirnya mimpi – mimpi itu berguguran, aku hanya mampu juara di kabupaten, tanpa mampu berbuat banyak di profinsi. Aku gagal keren, dan sekarang aku berfikir, saat itu mungkin aku akan terlihat lebih keren kalau sering berbagi ilmu dengan teman – temanku, tak hanya sibuk sendiri, terbang sendiri.

Dunia terus berputar, waktu terus berjalan. Aku masih belum mampu menemukan impianku. Beberapa waktu lalu saat aku membaca komik Yotsubo&! , aku memimpikan menjadi ayah Yotsubo. Yang bekerja hanya dikamar dan menghabiskan sepanjang hari bersama anak tercinta, bersepeda keliling komplek bersama, masak bersama, memancing bersama. Di lain waktu, ketika aku tengah melakukan kerja part-time aku melihat kedai Pie di sebelah tempatku bekerja adalah kedai yang dimiliki sepasang kekasih. Kemudian saat itu aku pun bermimpi ingin memiliki kedai seperti itu,  untuk kemudian menghabiskan seluruh hidupku di kedai itu bersama istriku. Aku yang bagian bar, dia yang bagian cook. Aku membuat minum, dia membuat cupcake. Ah, kenapa aku malah tebar kode begini? Sudahlah namanya juga bermimpi.

 Semoga aku tahu batas kekuatan lilin yang menyatukan sayap – sayapku,aku tak ingin bulu sayapku jatuh berhamburan, aku tak ingin ditelan lautan, aku tak ingin seperti Icarus. 

26 September 2014

Ada Pelajaran di Balik Getah

Waktu terasa bergulir begitu cepat, bergulung - gulung meninggalkan aku dengan laptop bututku terkurung di kamar gelap di ujung rumah. Waktu seakan tanpa permisi hanya berlalu begitu saja, atau mungkin waktu sudah menyapa hanya aku saja yang terlalu sibuk dengan duniaku sendiri. Tenggelam dalam semangat memenangkan trofi Liga Champions dalam game Football Manager, terkadang juga hanyut dalam arus persahabatan Natsu dan kawan – kawannya di Guild Fairy Tail. Aku tenggelam dalam duniaku, dalam aliran waktuku sendiri, sehingga tanpa dirasa dunia luar telah begitu banyak berubah. Dari kelangkaan BBM, hingga kelangkaan gas 3 kg, bahkan tentang RUU Pilkada, semua berlalu tanpa sempat aku menyadari. Informasi hanya masuk kepadaku melalui obrolan beberapa bapak - bapak yang hampir selalu nongkrong di angkringan Pak Mamad di selokan mataram. Layaknya sekarang ini, aku mencoba menyapa dunia luar, mencoba kembali mengikuti aliran waktu orang –orang, aku tengah duduk tepat dipinggir selokan, memandangi pegawai – pegawai yang tengah mengerjakan jalan baru, sembari menikmati beberapa nasi kucing dan beberapa tusuk sate usus, sesekali juga menyeruput es tape yang tentu sangat nikmat.

Aku ingat sekali beberapa waktu lalu, tepat disaat kelangkaan BBM terjadi di Yogyakarta, atau bahkan Indonesia. Ada sebuah peristiwa yang sangat menghebohkan Indonesia saat itu. Ceritanya sederhana, hanya karena kesalahpahaman seorang gadis -sebut saja Bunga- yang ingin membeli bensin pertamax di salah satu pom bensin di Yogyakarta, tetapi Bunga tidak tahu bahwa dia menyerobot antrian, Bunga mengira antrian panjang di pom bensin tersebut adalah untuk mendapatkan bensin premium dan Bunga tidak tahu bahwa ternyata antrian panjang itu juga untuk mendapatkan pertamax. Namun kemudian yang membuat semua terkesan lebih heboh adalah ungkapan nya di media sosial, yang bisa dibilang melecehkan Yogyakarta.

Aku juga ingat sekali waktu itu, aku tengah duduk seperti ini, yang membedakan, disebelahku ada 3 bapak - bapak yang juga tengah menikmati minuman mereka. Mereka berbicara banyak hal, mulai dari pertandingan bola, hingga bisnis burung mereka, hingga pada akhirnya mereka tertarik membicarakan kasus Bunga yang saat itu tengah hangat – hangat nya.

"Jebule sekolah duwor - duwor urung tentu iso dadi wong apik,"
(Ternyata sekolah tinggi – tinggi belum tentu bias jadi orang baik)
"Lha yo pancen tenan lek, wong pinter neng goblok,"
(Betul itu mas, pinter tapi juga bodoh)
"Pinter neng goblok pie maksud mu?"
(Pinter tapi bodoh itu maksudmu apa?)
"Lha pinter, wong jenenge cah UGM, neng jebule kelakuane goblok,"
(Yap inter orang namanya kuliah di UGM, tapi ternyata kelakuannya kayak orang bodoh)
"Wah bener kui, paling ugm mek ngajari ilmu umum, neng ora ngajari tata krama, duh pie nasib Indonesia ngarepe iki,"
(Weh benar itu, paling UGM hanya mengajarkan ilmu umum, tetapi tidak mengajarkan tata krana, duh gimana nasib Indonesia kedepannya ini)

Begitulah kira – kira percakapan yang terjadi. Aku yang kebetulan mahasiswa UGM dan kebetulan duduk di sebelah mereka bertiga hanya mampu menelan ludah. Hilang sudah rasa es tape yang biasanya nikmat, kini hambar. Rasanya ingin mendebat mereka, namun ribuan kata - kata yang tersusun seolah - olah ikut tertelan bersama es tape yang ku minum.
Aku hanya merasa kok tak pantas semua unsur UGM disalahkan, hanya karena kelakuan Bunga. Banyak mahasiswa baik - baik yang sering memperjuangkan hak - hak rakyat juga, ada juga mahasiswa yang meski jarang kuliah-sebut saja aku- namun memiliki perilaku baik. Rasanya semua unsur itu terhapus, semua menanggung akibat perbuatan si Bunga. Kepercayaan masyarakat luntur kepada UGM, mungkin. Hal ini tak cuma terdengar di angkringan, terkadang di warung burjo, terkadang warung - warung prasmanan juga. 
       Mungkin inilah rasa sebenarnya dari peribahasa GUPAK PULUTE ORA MANGAN NANGKANE. Peribahasa ini dapat diartikan tentang kesialan seseorang yang padahal tidak ikut menikmati sesuatu, tapi menerima resiko ataupun akibat. Bunga panen nangka, tentu Bunga terkenal dimana – mana, banyak masuk stasiun TV-meski bukan niat awalnya-, kalaupun dia terkena getah itu wajar karena Bunga yang memanen dan mungin memakan nangkanya. Akan tetapi aku yang biasanya hanya berdiam diri di dalam kamar juga tiba - tiba terkena getah, getah dari nangka yang dipanen oleh si Bunga. 

       Tapi tahukah bahwa dibalik "getah" itu juga terselip sebuah pelajaran berharga? Bukankah sebaik – baik manusia adalah manusia yang mampu bermanfaat untuk banyak orang? Ataupun minimal lingkungannya? Nah sudah seharusnya kita -yang ingin menjadi manusia baik- berusaha untuk memberikan manfaat untuk orang lain. Kalaupun tidak bisa, setidaknya tidak merepotkan atau menyusahkan orang lain, tidak menempel getah kesana kemari. Aku juga belajar, meskipun aku belum mampu memberi manfaat pada orang lain, setidaknya aku tak ingin menysahkan orang lain. Tetapi aku juga mau mencoba untuk bermanfaat untuk orang lain, aku mau masuk ke dalam aliran waktu bersama orang - orang. Baik di depan laptop butut ku, maupun diluar aliran waktuku. Semoga tulisan ini bermanfaat. 



21 Agustus 2014

Video Dewasa? Ah, Rumor!

      Ceritanya simbah sakit, saya kebagian jaga malem. Kerena kedinginan dan kebosanan saya menggoda mbak - mbak perawat. Eh, maksud saya pergi ke Mushola untuk tilawah Al-Quran, hmmm ralat sebenernya mainan perawat, duh salah ketik, mainan laptop yang bener. Dan inilah hasil mainannya, sang buah hati(?) alias sebuah video cukup kece. Kalau ada kemiripan rupa, nama, baju, dan peristiwa berarti anda sedang sial. Sekian!


       Jadi ini wujud videonya Click Here .

16 Agustus 2014

Sajak Rindu

Aku merindukanmu
Minggu malam ku terbesit tentangmu
Merah putih kebanggaanmu
Kamu membawaku ke masa lampau
Masa yang putih juga abu abu
Masa putih biru yang terasa haru
Aku mulai merindukanmu

Aku merindukanmu
Merindukan mu yang membuatku berdiri malu
Kamu yang membuatku menyanyikan lagu
Berkobar layaknya bandung waktu itu
Syahdu penuh doa untuk Ibu
Dari waktu ke waktu
Kamu membuatku melakukan ritual baru
Membaca perkamen usang dari masa lalu
Perkamen rancangan pemimpin negara baru
Aku lelah saat itu
Berdiri malu bersamamu
Kadang aku membencimu
Aku membencimu
Merenggut awal hari dalam seminggu
Kini
Aku mulai merindukanmu

Aku merindukanmu
Meniupkan semangat untuk maju
Membakar api untuk berkumpul menjadi satu
Meniupkan semangat menggebu - gebu
Menghargai orang - orang masa lalu
Aku mulai merindukanmu
Dirimu yang membuatku mencintai sang Ibu
Aku mulai merindukanmu

Aku merindukanmu
Kamu tak pernah lagi hadir dalam hari - hariku
Minggu malam tak pernah aku terfikir tentangmu
Kamu tau?
Kini aku hanyalah mahasiswa yang layu
Yang mulai melupakan sang Ibu
Kini dia hanyalah tikus berbaju
Rakus memakan daging sang Ibu
Kini mereka saling beradu
Bengis berebut harta warisan sang Ibu
Membuat Ibu menangis tersedu sedu
Aku mulai merindukanmu

Aku merindukanmu
Mengisi setiap senin pagiku

Merayakan setiap ulang tahun Ibu

Aku, Si Peserta Upacara.

14 Agustus 2014

Curhatan Saya !

Sehat itu murah, menjaga kesehatan itu mudah. Akan tetapi banyak yang mengingkari, sampai pada akhirnya justru sehat itu terasa mahal ! Apalagi ketika sudah jatuh sakit, obat - obatan adalah sarana yang mahal, yang sangat mencekik bagi kaum golongan menengah ke bawah. Bagaimana hanya bercuap - cuap selama 19 menit bersama dokter(spesialis) mengeluarkan biaya ratusan ribu, hanya bercuap - cuap! Padahal kesehatan itu adalah hak segala bangsa oleh sebab itu(?)... Jangan jerat saya dengan hukum penyelewengan UUD ya... :p

Selain harga obat - obatan yang selangit, dokter - dokter di wilayah pelosok - pelosok masih lah sangat minim. Perlu perjalanan hingga 1 jam untuk sekedar berobat. Bayangkan apabila tiba - tiba seseorang terkena serangan jantung, patah kaki, patah kepala, dan harus menempuh 1 jam untuk menemui dokter. Saya yakin arwah orang tersebut sudah sempat bermain poker di akhirat sana, barulah jasad nya sampai pada dokter(hanya untuk yang percaya kehidupan setelah kematian). Menurut saya inilah salah satu faktor yang menyebabkan BANYAK nya kasus bunuh diri di wilayah Gunung Kidul, Yogyakarta. Salah satu. Banyak orang yang lebih memilih mati ketimbang sakit maag dan darah tinggi berkepanjangan. Meski banyak faktor lain yang mempengaruhi juga, kadang merasa tidak dipedulikan anak - anaknya yang jauh diperantauan, merasa seolah - olah dunia sudah tak menginginkannya hidup lagi, maka banyak yang memutuskan gantung diri. Gunung kidul memang sebagian tanah nya berbatu, bisa dibilang kurang subur, tetapi sebenarnya memiliki wisata alam yang luar biasa indah.


Hal unik lainnya adalah, kebanyakan warga di pelosok daerah kesulitan dalam membaca tulisan. Mungkin buta huruf, mungkin juga kondisi mata yang sudah tak memungkinkan untuk membaca. Dengan kondisi seperti itu, apoteker(atau apalah yang memberikan obat ke pasien) memberikan keterangan pada obat dengan tulisan, tulisan yang sangat kecil, yang mustahil untuk dibaca. Bahkan saya pernah dipanggil ke RT lain hanya untuk membacakan tulisan yang tertera di obat, 3xsehari dan kawan - kawannya. Memang di Gunung Kidul jumlah pemuda nya bisa dibilang sedikit, banyak yang merantau. Seharusnya dunia kedokteran berfikir kreatif, bukan dengan tulisan tapi dengan warna bungkusnya. Merah untuk sebelum makan, hijau untuk sesudah makan, putih saat makan(nasi). Lalu bagaimana yang buta warna mas? Wah, iya, tak boleh ada diskriminasi kan, jadi gunakan warna yang dapat dibedakan oleh penderita buta warna. Lalu untuk yang benar - benar buta bagaimana? Hmmm. Sepertinya juga harus ditambahkan tulisan dengan huruf braile(bener gak sih, huruf yang timbul - timbul gitu) pada pembungkus obat nya. Lalu gimana buat yang buta, dan tak punya tangan juga? Tak mampu meraba - raba? Aah, syudah lah, saya nyerah. Pokoknya apoteker atau dokter, lebih telaten lah dalam menjelaskan penggunaan obat pada orang tua atau pasien lanjut usia, sampai pasien paham, tak salah minum obat, pasien sehat. Jadilah pahlawan kesehatan dunia, jangan dirimu mengejar uang, kejarlah kebaikan. Calon dokter juga loh, jangan hanya memikirkan karir sendiri, insyallah calon dokter yang baik dimudahkan jodohnya. Hidup Indonesia! Indonesia sehat!!! Saya cuma curhat!!!

TransJogja : Bus Anti Galau

Jogja. Jogja. Jogja. Daerah Istimewa Yogyakarta, daerah yang istimewa bagi penghuninya maupun pengunjungnya.

Kota dengan 1001 senyuman. Kota yang akan memberikanmu 1000 alasan, untuk kerasan. Terkadang memang terjadi kekerasan, terkadang banyak kemacetan, namun semua akan sirna ketika kamu melihat indahnya prambanan. Candi indah hasil persembahan Bondowoso untuk Roro yang rupawan. Sekedar bocoran. Roro jonggrang bukan di peristiwa tangkuban perahu seperti kata bapak - bapak partai *sensor* , iya kan?

Kalau kamu ingin tau. Jogja bisa dinikmati hanya dengan tiga ribu. Dengan selembar uang 2 ribu dan selembar uang seribu, Transjogja akan membawamu ke berbagai penjuru. Tak perlu mobil baru, untuk membawamu ke kota baru. Tak perlu motor baru, untuk membawamu menikmati malam minggu. Cukup 3 ribu, akan membuatmu menikmati perjalananmu. Di situ kamu akan menemukan wajah - wajah penghuni jogja yang syahdu. Dari penjual susu, hingga mbak - mbak berbaju baru. Mungkin kamu sedang galau? Transjogja akan menjadi solusi terbaik untukmu. Relakan saja dia yang meninggalkanmu untuk mengejar pacar baru. Cukup kau ambil 3 ribu, kemudian naik transjogja duduklah jauh dari pintu. Pakailah sepatu baru dan juga baju baru, kemudian cukup diam membisu, nikmati pertunjukan kehidupan di depanmu. Dengarlah dialog dialog tanpa skenario di sekitarmu, lihatlah wajah - wajah baru yang belum pernah bertemu denganmu, amatilah satu per satu, hingga kamu menemukan yang menarik perhatianmu. Ketika kamu mulai bosan dengan itu, lihatlah keluar jendela transjogja itu. Nikmatilah film tentang jogja yang lugu, dari orang - orang nya yang lucu, hingga lingkungannya yang syahdu. Apa kabar dengan galau mu? Masih ada di hatimu? Hmmm. Mungkin sebelum naik transjogja kamu melupakan unsur yang paling perlu. Hatimu, hatimu harus siap melupakan masalalu, hatimu harus siap menerima hal - hal baru. Hatimu harus menerima orang - orang baru, dengan begitu siapa tau kamu akan menemukan pacar baru? Bahkan mungkin Tuhan akan mempertemukan dirimu dengan jodohmu. Jadi biarlah beban masalalu mu dibawa asap tebal transjogja itu, kamu cukup menyongsong masa depanmu dengan semangat menggebu-gebu! Jika suatu saat kamu kembali galau, ambillah uang 3 ribu. :)


Seseorang yang sering menghabiskan waktu di Transjogja saat galau, menaiki transjogja tanpa tujuan. 

5 Agustus 2014

Rembulan

Rembulan : Indah, tapi Tak Dapat Kau Sentuh, 
Tak Dapat Kaumiliki
[FIKSI-CERPEN-DITULIS DI HAPE-9MENIT]

Alkisah dalam dunia yang tak pernah bisa terjamah oleh orang lain. Bahkan mungkin kamu tak akan pernah memahaminya! Hanya malaikat, Iblis, dan aku yang tau. Dunia antah berantah!

-------

Aku seperti biasa, menghabiskan malam memandangi rembulan yang tengah tersenyum. Udara dingin di pegunungan palsu ini sangat menusuk, memaksaku melipat tangan di dada, aroma batu kapur yang memenuhi area ini sangat menenangkan hati. Suara sapi tetangga sesekali mengiringi suara jangkring - jangkrik yang sedari maghrib tadi sudah bernyanyi riang, seperti alunan Buble yang mampu membawamu kedunia lain.

Sesekali aku menyeruput teh yang kuletakkan tepat disebelahku, yang sudah mulai dingin terkena udara malam, berkali - kali pula simbah ku memanggilku untuk masuk ke dalam rumah. Tapi aku acuhkan. Aku masih ingin memandangi dia, yang tengah tersenyum dilangit sana. Rembulan. Yang senyumannya mengingatkan ku akan seorang gadis yang kusuka.

Aku mengambil HP ku, melihat beberapa recent updates, tak terlalu fokus hanya sekilas melihat. Kemudian pindah ke Twitter, membaca beberapa kicauan teman - teman lain, semua nya terasa dekat. Bahkan yang jauh di ujung ternate sana, seolah - olah tengah bercakap- cakap ria bersamaku. Kembali lagi aku ke recent updates, dan !

DUGG!!!

Jantungku secara spontan berdetak sangat kencang. Kaget? Emosi? Cemburu? Ah aku tak tau apa yang aku rasakan!  Aku klik menu option, kemudian view contact profile, kemudian aku menekan tepat ditengah display picture!

DUGGG!!!! DUUG!!! Detak jantungku semakin menjadi, tangan ku gemetaran, badanku bahkan mulai berkeringat! Aku kenapa?! Aku sebenernya kenapaa? Aku mengalihkan pandangan ke rembulan, kemudian aku bertanyaa?! Aku kenapa rembulan? apakah aku sakit?

Rembulan itu hanya tersenyum, tak mengeluarkan sepatah kata apapun. Tapi kemudian aku mendengar sebuah suara.

I: Kamu tengah dilanda cemburu temanku! Kamu marah melihat dia! Lihat lah dia, dia bersama seseorang mengendarai sesuatu yang berwarna warni itu! Kamu tengah marah temankuuu!!! Ayo habisi diaa!!

M: kamu hanya kaget saudaraku, percayalah semua nya baik baik saja.

I : baik - baik saja Gundulmu. Lihat gambar itu, Gadis yang kau idam - idamkan sejak lama itu, gadis yang kau puja puja itu bersama laki - laki lain! Kamu marah temanku! Ayo hajar dia!!!

Aku marah? Iyakah aku marah? Apakah gemertaran ini pertanda kemarahan? Jantungku berdegup kencang ini kemarahan? Sepertinya iya! Aku marah! Tapi aku tak bisa bergerak, tak bisa berpaling. Senyuman rembulan itu terlalu indah untuk kulewatkan malam ini, aku tak ingin terlihat marah di depan senyumanya!

M: kamu bukan marah saudaraku, percayalah. Itu hanya gejala kaget, minumlah teh itu, nanti akan baik - baik saja.

I: Aaah!! Jangan percaya si sok suci itu! Dia cuma mau mencegahmu mengambil kembali sesuatu yang sudah seharusnya menjadi milikmu. Gadis impianmu!!! Gadis yang senyumnya kau idam - idamkan. Gadis yang rela membuat mu menghabiskan setiap malam memandangi rembulan!!!! Ayo rebut kembali dia! Dia milik mu!!

Iya!!! Aku harus merebut sesuatu yang seharusnya menjadi milikku. Bagaimana caranya? Apa yang harus kulakukan? Haruskah aku membunuh yang bersamanya? Apa yang harus kulakukaaan!!

M: tenanglah..., minumlah teh hangat itu, tunggulah hingga tenang. Barulah kamu bisa berfikir jernih.

DIAAM!!! Aku hanya ingin mengambil kembali sesuatu yang menjadi milikku!!!

I : Benaaar! Ayo ambil kembaliii!!!

M: Dia bukan milikmu, Saudaraku!

Aku terdiam. Sadar? Bukan, hanya kebingungan yang semakin menghantui.

I: jelas lah dia milikmu, senyuman seindah itu sudah seharusnya menjadi milikmu, Temanku!!

M: saudaraku, lihatlah kembali display picture itu. Lihatlah baik - baik gadis pujaan mu itu. Lihat. Lihatlah keindahan senyumnya, guratan mata nya. Lihatlah kebahagiaan yang mengalir melalui senyum itu. Bukankah itu yang membuatmu jatuh cinta padanya?

Aku hanya mengangguk. I pun terdiam.

M: kalau kamu membunuh yang bersama nya? Bukankah senyum itu akan hilang? Kamu akan sedih jika itu terjadi kan saudaraku? Seperti gerhana beberapa bulan yang lalau, ketika bulanmu dimakan oleh setan? Kamu merasa sangat sedih? Iayakan?

Aku kembali mengiyakan. I masih belum bersuara.

M: Lihatlah kembali gadis itu, itu senyuman yang belum pernah kita lihat kan? Dia tersenyum bahagia. Tidakkah yang kamu inginkan dia selalu tersenyum seperti itu?

Aku ingin melihatnya terus begitu. Kamu benar M! Kamu benar! I kebingungan.

M: biarlah dia bersama seseorang itu, bukankah yang terpenting bagimu dia bahagia? Bukankah yang terpenting bagimu dia tersenyum? Bukankah yang terpenting rembulan menghiasi langit?

Iya M, iyaa, aku tau. Tapi ini, sakit. Perih M. Lihat! Air mengalir dari mataku? Apa yang terjadi M? Aku tak akan mati kan? M aku baik baik saja kan?

M: Tenang saudaraku, itu membuktikan bahwa kamu manusia, percayalah. Kebahagiaan nya adalah kebahagiaanmu suatu saat nanti. Biarlah perih sementara, lihatlah senyuman rembulan itu, itu akan mengobatimu.

Aku terpaku, memandangi rembulan. Rembulan dalam bentuk sabit terindah. Perlahan - lahan aku merasa nyaman. Air mataku mulai berhenti mengalir. Rembulan itu membuatku tenang. Rembulan itu membawaku pada setiap memori senyum gadis itu. Biarlah dia bersama orang lain. Selama ia terus tersenyum, aku pasti bahagia. Sampai suatu saat nanti, kutemukan juga belahan hatiku. Teruslah bersinar rembulan, teruslah tersenyum, Gadis. Aku menyayangimu.

Gunungkidul, 4 Agustus 2014. 22:35.
Rembulan terindah yang pernah kulihat

4 Agustus 2014

Dimulai dari Nol yaa...

      Kira - kira beberapa hari yang lalu kita semua ditinggalkan, di satu sisi kita merasa sangat bahagia, di satu sisi kesedihan juga melanda. Layaknya kita yang ditinggal pacar karena dia lebih memilih orang lain, sedih pasti, namun disuatu sisi bahagia juga, soalnya beruntung dia belum menjadi Istri. Hahahaha. Kayaknya analogi yang tak pake salah. Yang jelas galau lah. Galau! Ditinggal Ramadhan, namun kedatangan lebaran.

      Tak dipungkiri lagi teknologi memerankan peran penting dalam peristiwa ini, memotong jarak. Mendekatkan yang jauh, menjauh kan yang dekat(?). Ya, teknologi mampu mengikat silaturahmi keluarga - keluarga yang tak mampu untuk bertatap muka, dari sms, telfon, bbm, wa, dsb. Kebetulan aku punya hape yang tergolong menengah, pinter nggak, goblok juga nggak, panggil saja blackberry. Ceritanya si Blackberry ini sampe pingsan pas hari lebaran, dia bukan kebanyakan makan ketupat atau kebanyakan dapet THR, dia cuma kebanyakan dapet BC, iya, dapet banyak tulisan ungu yang dikirim sebagai ungkapan isi hati para penggemar(Ketahuan penulisnya jomblo akut), eh maksudnya ucapan selamat, permohonan maaf, dll.





     Gimana pendapatmu? Kalau aku sih bener - bener nggak minat buat bales pesan yang begituan. Aku kan tipe cowok yang ANTI di-dua-in! :p Hahaha.  Rasanya sia - sia deh BC panjang begitu, tapi dibaca pun nggak Coba deh bandingkan sama yang begini, walau cuma "Mohon maaf lahir batin, Cuuk!"


Ehh. Malah dipalakin. -____-

      Ah, ini udah aku sensor loh, serius! Jomblo nya tak tertolong lagi sepertinya. =D


      Ini (bukan) dari mbak - mbak pom bensin loh.




      Ah, ini simbah gaul, yang umur 20 tampang 120! Leluhur! Perlu dilestarikan...


      Ini nih, si bawel....


      Ini temanku yang bahkan berbeda Agama. :) Indahkan keberagaman?!


      Aku sih ngerasa spesial kalo dapet pesan yang khusus, bukan buat banyak orang! Rasanya tuh lebih dapet feelnya. Tapi ya bagaimanapun yang penting niatnya, niat saling memaafkan, bukan modus! :p

"Mas, Mbak, dimulai dari nol yaa...,"

23 Juli 2014

Mayat !

           

      Sepertinya aku masih ingin menulis, sepertinya aku masih ingin berkarya. Entah suatu kebetulan, atau memang takdir. Saat tubuhku akan mulai membusuk, daging - daging ku mulai rontok, seseorang datang, memberika obat. Mungkin obat ini belum ada dalam dunia kedokteran, obat yang mampu mengembalikan mayat hidup menjadi manusia. Ah, aku tidak paham dengan obat obatan kedokteran yang pahit dan memuakkan itu. Aku hanya paham akan obat yang saat ini tengah berproses mengobati diriku. Lihatlah, tanganku sudah bisa aku kendalikan lagi, lihatlah aku sudah mampu merangkai beberapa huruf menjadi paraghraf yang dapat dimengerti. Ah, lihatlah... aku hampir sembuh. meski belum semua bagian tubuhku kembali seperti semula. 

"Manusia yang hidup tapi tak memiliki mimpi hanyalah mayat yang seolah - olah hidup."



      Dapatkah kamu menduga obat apa yang diberikan oleh temanku? 


Redo

Yang ketika menulis sedang terobsesi Conan!

3 Juni 2014

The END



    Gelas yang tadinya berisikan teh hijau ini telah kering sekarang. gelas yang telah menemaniku selama beberapa saat itu. membuang sedikit kantuk ku dan membantuku menulis tulisan ini. Semua memang akan sampai pada kata END, berakhir, apapun itu.
   Begitu juga dengan blog ini. kurang lebih blog ini sudah menjadi tempat untuk ku menuangkan beberapa keluh - kesahku tentang mimpi. Waktu itu 27 Oktober 2012 lah pertama kalinya aku menulis dalam blog ini, awalnya adalah untuk membentuk sebuah kenangan. Namun pada akhirnya hanyalah menjadi bentuk narsisme dan keinginan untuk diakui. Tak ada sedikitpun tujuan mulia, semoga beberapa tulisan yang telah kutulis sampai saat ini dapat memberi manfaat. terimakasih sudah membaca, semoga harimu menyenangkan. 
    Dengan ini blog mimpimimpiredo telah resmi ditutup, telah sampai pada the END, END ? Tenang, sesuatu berakhir dan pasti sesuatu akan dimulai, begitulah alam. 

23 Maret 2014

Hakikat Manusia


     Biasa. Semua masih biasa. Matahari masih setia dengan jalurnya, terbit untuk menghiasi cakrawala dari timur, untuk kemudian kembali ke peraduannya di barat. Hujan masih turun ke bawah, membawa dedebuan bersamanya. Bendera parpol yang seperti pelangi pun masih senantiasa berkibar tiada henti. Ladang padi pun masih senantiasa hijau, para petani masih harus bersabar, belum waktunya panen.

    Namun ada yang berbeda. Sedikit. Ya, perbedaanya hanya terletak di bibir, matahari masih terbit seperti biasanya, namun saat matahari terbit aku tersenyum. Hujan mungkin turun seperti biasa, cuma kali ini aku tersenyum. Bendera parpol juga membuatku tersenyum. Melihat ladang padi yang luas? Aku tersenyum lebar. Ya, semua membawa senyuman padaku.

    Matahari terbit, menandakan dia akan segera bangun. Hujan? Dia berujar dia suka hujan. Bendera parpol? Ya bendera parpol merah lah yang kugunakan untuk menandai gang menuju rumahnya. Ladang padi yang luas? Ya, itu pemandangan indah dari sekitar rumahnya. 

     Aku tersenyum. Bahagia? Mungkin. Karena pada faktanya aku tidak tau apa yang sebenarnya aku rasakan. Terkadang sedih, namun kadang berujung senyuman. Yah, dia. Seseorang yang di luar jangkauanku, temanku. Yah, mungkin inilah yang membedakan antara cinta dan nafsu. Cinta sudah seharusnya bahagia, ia tidak dibumbui nafsu untuk memiliki. Ataukah pemahamanku yang kurang? Namun memang begitulah hakikat manusia, belajar. Jadi, Tuhan..., izinkan aku mengenal cinta lebih jauh.

20 Maret 2014

Smile, Please!




      Yeah, sure. I'll always smile for you, but there'll be a time that i'll be disappear. The time when i see your sweetest smile. Smile of happiness, happiness from deep inside your heart. You must be happy, Fire!

Menghibur Diri, Mungkin


14 Maret 2014

Cara Terbaik Menikmati Kopi Tanpa Gula



Berbicara tentang kopi. Dia adalah teman. Serbuk hitam dengan aroma menggelitik hidung yang bila di guyur air panas. Tanpa gula karena ini akhir bulan. Mungkin kebanyakan orang akan langsung bergidik kepahitan. Kopi itu menusuk – nusuk indra perasanya. Panas juga membakar lidah mereka. Kopi itu tidak bersahabat dengan kabanyakan orang. Tapi dia bersahabat denganku. Dia menemaniku menghabiskan malam. Menemaniku melawan angin yang  menari di sekujur tubuhku. Menyelimutiku dari dinginnya malam di kawasan bogor pelosok, di sebuah asrama khusus cowok. Iya, dia adalah temanku menunggu FC Bayern Munchen yang akan memperjuangkan kehormatannya di lapangan hijau sana.
Aku agak buram soal pertandingan malam itu. Itu adalah tiga tahun lalu. Tepatnya di babak 16 besar liga champions. Para ksatria bavaria akan berjuang membalaskan dendam di final 2010. Medan perang yang sangat sulit waktu itu, Giuseppe Meazza. Inter milan sang lawan waktu itu masih dalam masa jayanya, meski baru ditinggal induknya. Sekali lagi itu adalah medan perang yang sulit bagi para ksatria bavaria. Badanku tak hentinya merinding, adrenalin mengalir keseluruh tubuh.   Dalam hati aku terus berdoa, semoga para idolaku disana mampu mengeluarkan kemampuan terbaiknya, juga semoga para pembina asrama tertidur lelap malam ini. Iya. Bukan hal mudah untuk bisa menyaksikan pertandingan itu.
Aku tinggal di asrama, dengan sembilan orang pembina asrama yang lebih pantas disebut malaikat pencabut nyawa. Hanya ada satu televisi di asramaku, tepat di tengah – tengah koridor asrama. Dia nyaman tebungkus sebuah box dari besi yang tidak tembus pandang. Untuk menontonnya di luar jam “diperbolehkan” menonton tv aku harus berdiri di atas meja, membuka paksa tutup nya dan mengganjalnya dengan sikat cucian. Bukan perkara yang mudah,  juga tentu saja para pembina asrama yang bisa berkeliaran sepanjang waktu memastikan para anak didiknya sudah tidur. Yang selalu siap menangkap siapa saja yang masih berkeliaran, apalagi menonton tv secara illegal, sudah pasti besoknya rambut di kepalanya hanya tinggal beberapa milimeter. Iya, ini tentang perjuangan.
Malam itu cukup dingin, lagu khas liga champions telah berputar. Pemain – pemain keluar menuju lapangan. Aku berdiri di atas meja, mengintip dari samping kedalam televisi. Para kstatria bavaria mengenakan baju perang bergaris – garis, merah dan putih. Penuh keberanian melawan para pasukan ular biru hitam. Aku berdiri selama hampir sembilan puluh menit. Kecuali saat half time tentunya. Dalam pertandingan itu aku hanya bersorak sekali, saat Mario gomez memasukan bola ke jala Inter setelah meneruskan tendangan Robben yang masih mampu ditepis Julio cesar. Bangga. Perasaan yang aku rasakan waktu itu. Rasanya seperti bisa memaksa orang – orang yang menghina Munchen saat itu menjilat ludahnya yang mulai mengering ditanah. Munchen mampu membalaskan dendam. Mengalahkan inter milan di rumah mereka.
Aku kembali ke kamar. Meneguk kopi yang masih tersisa di gelas. Kemudain teman sekamarku terbangun. Menyerobot kopiku dan meminumnya.

“BRRTT... Jancuuuk...!!!” pekiknya sembari memuntahkan kopi yang baru diseruputnya sedikit itu. Iya kopi itu memang pahit. Kopi tanpa gula. Tapi sekali lagi aku katakan. Kopi itu terasa begitu nikmat di lidahku. Tak perlu gula dari perasan tebu hasil para petani. Kemenangan Munchen malam itu adalah gula bagiku. Suatu substrat yang mengubah sesuatu yang amat sederhana menjadi sebuah kemewahan. Sebuak kenikmatan. Ya inilah ceritaku yang menikmati pertandingan FC Bayern Munchen dalam kesederhanaan. Inilah caraku menikmati kopi hitam tanpa gula.

Tulisan ini dimuat di SuaraFans dan mendapat peringkat ke-3 dalam lomba menulis tersebut.


5 Maret 2014

Donat, Dia, Warna, Manis

Di depanku terdapat tumpukan donat penuh warna, ada yang hitam ditaburi putih, ada yang berbentuk hati dengan taburan meses merah muda, dan beberapa lilin tengah berjuang melawan api yang melahap tubuhnya. Aku memejamkan mata sejenak. Mencoba mengusik hati paling dalam, mengorek keinginan dasar hatiku. Sulit. Hatiku lama merespon. Dia takut, takut kecewa oleh harapannya sendiri.
“Aku berharap dia, mewarna bersama ku,” kataku dalam hati sebagai sebuah harapan sebelum meniup lilin ulang tahun, mata ini juga melihat ke arah seseorang.  Ini adalah harapan yang sangat egois, yang mungkin malah akan melukai lebih dalam.  Aku yakin Tuhan tau maksud kuletakkan tanda koma di dalam doa ku.
Aku melihat  ke dalam tumpukan donat, jauh ke dalam. Aku terpesona. Indah, penuh warna. Ada putih, ada merah, ada kuning, ada merah muda, ada hitam. Seperti sebuah kehidupan. Hitam adalah musibah, kesedihan, bencana. Akan tetapi tanpa hitam untaian warna – warna tadi tidak akan terlihat indah. Beberapa orang begitu mendambakan cinta, merah muda. Bayangkan saja tuhan memberikan sebuah kehidupan penuh cinta, bahagia, selalu merah muda. Apakah itu terlihat indah? Bagiku itu datar, monoton, membosankan.
Terkadang sesuatu yang kita harapkan tidak terjadi, warna yang kita inginkan tidak muncul. Itu karena tuhan tahu warna yang lebih baik untuk memperindah lukisan hidup kita. Tuhan adalah seorang pelukis, pelukis kehidupan. Merah muda juga memerlukan berapa biru, beberapa merah, beberapa putih, beberapa warna – warna lain, bahkan beberapa hitam untuk benar – benar menjadi sebuah maha karya, lukisan kehidupan yang indah.
Aku jadi melihat kebelakang sejenak, mungkin kalau saat itu aku tidak jatuh dalam kelamnya kesedihan, aku tidak akan sebahagia ini. Kalau tadi pagi ban motor ku tidak bocor, mungkin aku tidak punya kesempatan memanjatkan doa ini. Meskipun tetap kesedihan selalu melanda ketika hitam datang. Jujur, aku baru saja terjatuh ke dalam jurang keterpurukan yang sangat dalam. Gelap. Mimpi – mimpiku bahkan menguap meninggalkan diriku sendiri. Mimpi yang seharusnya menjadi sayapku rontok. Tapi pada akhirnya aku sadar, aku dapat melihat sesuatu yang sebelumnya tidak dapat kulihat dari atas. Siapakah teman sejati, yang mengulurkan tangan membantu penuh senyum, atau yang justru tertawa bahagia melihatku terpuruk. Semua terlihat dengan jelas. Aku bahkan juga mampu untuk kembali melihat senyumnya, senyum kesukaanku sejak lama. Yah, sometimes falling is the best part.
Bisa aku katakan itu adalah hitam, masa laluku hitam. Mungkin hanya sebagian, aku harus melihatnya dari jauh agar terlihat indah, mungkin. Aku jadi ingin menyimpulkan warna masalalu ku. Putih? Hmmmm, atau biru? Apa merah? Ah aku tidak tau, warna apapun itu, yang jelas itu adalah warna gemerlap penuh harta. Lalu, aku juga menjadi penasaran akan warna di masa depanku, lukisan seperti apa yang tuhan buatkan untuk kehidupanku? Ah, biarlah itu tuhan yang memutuskan, yang jelas warna apapun itu, itu masih harus diberi banyak warna. Agar hidupku menjadi sebuah mahakarya. Untuk itulah aku berharap dia, aku berharap manis.
FIUUUHHH

Lilin – lilin itu sekarang bernafas lega setelah diselamatkan dari lumatan api, doa – doaku pun berlari penuh harap kepada tuhan. Menyisakan tumpukan donat untuk menjadi korban para insan kelaparan. Selamat ulang tahun Redo Febri Yanto.