Yah seperti biasa
aku hanyalah orang yang kelebihan waktu. Malam ini pun begitu. Aku
menonton sebuah film yang really gave me a punch in my face.
Homeless to
Harvard
itulah judul film yang aku tonton malam ini, not sure it's night or
early morning. But you know? I'm cried while watching it. Film ini
tentang seorang anak yang orang tuanya adalah pengidap AIDS, pecandu,
pemabuk dan tinggal di sebuah apartemen buruk. Namanya Liz.
Ellizabeth. Nama seorang ratu, yang tak beruntung untuk dilahirkan
dari keluarga seperti mereka. Tapi dia tetap mencintai ibunya, dia
mengurus ibunya, memandikannya, ketika ibunya pulang dari bar dan
mabuk dia yang mengurusnya. Semua dia lakukan hingga suatu saat
ibunya meninggal. She hasn't nothing anymore.
Semenjak kepergian orang tuanya dia pergi dari rumah, kakeknya tidak
menyukainya, dia tidur di stasiun, makan dari tempat sampah. Semua
dilakukanya untuk bertahan hidup. Yah pada akhirnya dia memutuskan
untuk sekolah, menempuh high school yang seharusnya 4 tahun menjadi 2
tahun saja. Dan berkat kerja kerasnya dia bisa kuliah di Harvard
dengan beasiswa dari New York Times.
Kemudian aku sedikit berfikir, apakah setiap orang harus sukses dalam
keadaan yang sama? Apakah setiap cowok harus menjadi insinyur dan
setiap wanita harus menjadi dokter? Apakah sukses itu ketika memiliki
mobil, apartemen, dan uang melimpah? Itu tidak adil. Anak yang
terlahir dari orang tua kaya sudah dapat dikatakan sukses dong? With
no work. Sedangkan anak yang terlahir dari orang tua kurang berada?
Kalau dijalan yang benar mungkin mereka akan bisa meraih itu, kalau
di jalan yang salah? Mereka cuma akan menjadi mayat yang tak di kenal
di kolong jembatan.
Bukan karena apa aku menyukai film ini, layaknya aku suka film
3idiots, ini karena ada kemiripan cerita di dalamnya. Yah
usaha kami sedikit sama. Liz, Rancho, dan aku memang harus berjuang
sedikit lebih banyak dari yang lainya.
Ini bukanlah sebuah keluhan, bukan pula sesuatu yang menarik. Aku
hanya ingin berbagi. Aku tau bahwa hasil lah yang diperlukan. Tapi
cobalah melihat sebuah proses. Tak ada salahnya untuk mengamati
sejenak, bukan? Aku yakin Tuhan juga menilai sesuatu dari usahanya,
seberapa beratkah ujian yang didapat selama dia melakukan sesuatu.
Lagipula sukses itu tidak jauh, dekat sekali. Sukses itu ada di
telinga, kamu hanya perlu cermin untuk dapat menyadarinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pengunjung yang baik meninggalkan jejak. :)