15 Desember 2014

Terkadang, Impian Membunuh Tuannya

Mimpi. Bolehkah aku menyebut mimpi sebuah “ketidakjelasan” ? Yah, pada faktanya aku tak perlu izinmu untu melakukannya. Daedalus dan anaknya yang terkurung dalam labirin gelap, selalu memimpikan langit yang luas, memimpikan sebuah kebebasan. Dengan usaha yang tidak mudah, mereka membangun sayap mereka, dari bulu – bulu yang mereka “pinjam” dari burung  yang kemudian disatukan dengan lilin. Pada akhirnya mereka dapat bebas, dapat menggapai langit luas yang selalu menjadi impian mereka. Namun apa yang terjadi setelahnya? Ya, Icarus tidaklah puas dengan impian yang telah diraihnya, dia menginginkan sesuatu yang lebih, yang pada akhirnya membuat sayapnya terbakar matahari dan tubuhnya ditelan lautan.
Sumber : Glory of Icarus
Dalam berbagai lukisan maupun puisi, Icarus digambarkan sebagai simbol keberanian, keberanian dalam menyongsong hal baru. Luar biasa, seorang manusia yang mati “dibunuh” oleh mimpinya dijadikan sebuah simbol keberanian. Berminatkah kamu mengikuti jejak Icarus?
Sewaktu aku duduk di bangku kelas 5 Sd, seorang guru bertanya apakah impianku. Kemudian dengan gampangnya aku menjawab, aku ingin jadi aktor. Jawaban yang bisa dibilang ingin mendapatkan kesan keren diantara teman – teman. Atau juga bisa dibilang jawaban yang muncul akibat salah didik oleh para guru, guru yang hanya sekedar menanamkan bahwa impian adalah sebuah profesi. “Kalau udah besar mau jadi apa?” “Jadi polisi ya, biar bisa nangkep banyak penjahat”.
Sewaktu duduk di bangku sekolah menengah, pelajaran yang dianggap sangat sulit adalah Fisika. Dan saat itu juga aku memutuskan untuk hebat dalam pelajaran Fisika, aku ingin menjadi ahli di bidang yang banyak orang tak bisa. Aku ingin dianggap hebat oleh teman – temanku, mungkin. Kemudian impianku kian meninggi, bermimpi mendapat medali emas OSN, bakhan olimpiade internasional. Hampir kemanapun aku pergi, aku selalu membawa sebuah buku Fisika dan sebuah pensil. Pada akhirnya mimpi – mimpi itu berguguran, aku hanya mampu juara di kabupaten, tanpa mampu berbuat banyak di profinsi. Aku gagal keren, dan sekarang aku berfikir, saat itu mungkin aku akan terlihat lebih keren kalau sering berbagi ilmu dengan teman – temanku, tak hanya sibuk sendiri, terbang sendiri.

Dunia terus berputar, waktu terus berjalan. Aku masih belum mampu menemukan impianku. Beberapa waktu lalu saat aku membaca komik Yotsubo&! , aku memimpikan menjadi ayah Yotsubo. Yang bekerja hanya dikamar dan menghabiskan sepanjang hari bersama anak tercinta, bersepeda keliling komplek bersama, masak bersama, memancing bersama. Di lain waktu, ketika aku tengah melakukan kerja part-time aku melihat kedai Pie di sebelah tempatku bekerja adalah kedai yang dimiliki sepasang kekasih. Kemudian saat itu aku pun bermimpi ingin memiliki kedai seperti itu,  untuk kemudian menghabiskan seluruh hidupku di kedai itu bersama istriku. Aku yang bagian bar, dia yang bagian cook. Aku membuat minum, dia membuat cupcake. Ah, kenapa aku malah tebar kode begini? Sudahlah namanya juga bermimpi.

 Semoga aku tahu batas kekuatan lilin yang menyatukan sayap – sayapku,aku tak ingin bulu sayapku jatuh berhamburan, aku tak ingin ditelan lautan, aku tak ingin seperti Icarus.