Adakalanya manusia berlaku bodoh.
Adakalanya manusia yang ketika hujan turun memilih menarik selimut, memejamkan
mata sembari mengutuk & menyumpahi hujan di dalam hatinya, namun ketika
hujan pergi dan tak kunjung kembali, dia berujar “Ah…, kemanakah engkau sang
hujan? Tak sadarkah engkau aku di sini memendam rindu?”. Begitulah manusia,
adakalanya berlaku bodoh! Menyianyiakan pendamping hidup yang baik -pacar-,
memilih untuk mengacuhkan, hingga akhirnya dia pergi, dan ketika itu terjadi,
barulah dia tersadar betapa dia merindukan dia, yang kini telah menjadi mantan.
Sumber |
Akhir – akhir ini akupun demikian,
berlaku bodoh! Kamu tahu, aku menyukai sebuah klub sepakbola di Jerman sana,
sebut saja Bayern Munchen. Dan akhir – akhir ini juga permainan bola dari klub
favoritku ini begitu membosankan, minim goal dan minim kreativitas. Dan dalam
hati aku mulai berujar, “Ah, padahal pas dilatih Pep, Bayern begitu
menyenangkan dilihat, begitu menarik, kalau saja Pep bertahan,”. Padahal ketika
aku melihat ke belakang sejenak ke masa ketika Pep masihlah kepala pelatih
Bayern, kerap kali aku justru memaki Pep akan keputusannya yang terkadang sulit
dipahami dan terkesan bodoh. Beberapa kali aku pun sempat berkicau dengan
hastag PepOut, namun ketika dia telah pergi, hati merindu, mata merindu
sepakbola berkualitas. Ah, aku ini, manusia bodoh.
Pada akhirnya nasi telah menjadi
bubur, kalau begitu mari tambahkan suwiran ayam, bawang goreng, kuah kaldu, dan
kerupuk. Karena pada akhirnya Pep tak akan kembali lagi dalam waktu dekat, maka
mari berharap saja Ancelotti menambahkan sejimpit msg pada buburnya yang tawar,
sehingga kita mampu berada dalam satu pemahaman, sehingga aku bisa dengan
tenang melepas sang mantan, sehingga aku berhenti bodoh.