Pernahkah kamu tertawa ketika tengah menangis? Pernahkah kamu
meneteskan air mata ketika sedang tertawa? Jika belum, dan ingin merasakannya,
cobalah luangkan waktumu untuk menonton Gintama. Sebuah mahakarya dari
penulis(Mangaka sebenarnya) hebat bernama Sorachi Hideaki, seorang Gorilla yang
mampu mengemas sebuah TRAGEDI, menjadi
komedi.
Anime ini berkisah tentang kehidupan setelah perang besar di jaman
Edo, perang antara para samurai dan penjajah(Amanto). Namun karena perbedaan
teknologi dalam perang, memaksa Jepang untuk tunduk pada para penjajah.
Perangpun usai, dan apa yang diambil oleh penjajah itu tampaklah tidak besar,
hanyalah pedang. Namun apa yang akan terjadi ketika sebuah Negara samurai tapi
tidak memiliki pedang? Dimana pedang adalah jiwa dari samurai? Ya, itu artinya
adalah akhir dari era samurai. Akhir dari hidup para samurai yang tak lagi
memiliki tuan, tak lagi memiliki sesuatu untuk dilindungi, tak lagi memiliki
sebuah Bushido.
Namun ternyata samurai tak semuanya selemah itu, ternyata tak semua
samurai bertarung demi negaranya, tak semua samurai telah kehilangan bushidonya.
Shiroyasha, Sakata Gintoki, samurai dengan masalalu yang kelam, nyatanya tak
pernah berubah walau jaman telah berubah, jiwanya tetaplah perak, silver soul,
Gintama. Bersama dengan Kagura, Shinpachi, dan Sadaharu mereka mendirikan
sebuah pekerjaan serba bisa, Yorozuya, untuk dapat bertahan di era dimana
pekerjaan susah dicari. Mereka tetaplah menjadi samurai bagi diri mereka
sendiri.
Cerita ini berfokus pada Sakata Gintoki, yang sejak kecil sudah
menjadi yatim piatu, terpaksa mencuri makanan dari prajurit perang demi
bertahan hidup, sampai akhirnya dia bertemu dengan guru yang mengajarinya
berpedang, yang mengajarinya cara untuk hidup, Yoshida Shouyo. Namun romantisme
Gintoki dan Shouyo tak berlangsung lama, Negara(yang telah diambil alih oleh
Amanto) menganggap Shouyo adalah pemberontak, dan menangkapnya.
Disanalah semua berawal, teman – teman gintoki berusaha
menyelamatkan guru mereka, Takasugi, Katsura, dkk terjun ke dalam perang.
Gintoki yang sudah berjanji pada Shouyo untuk melindungi teman – temannya pun
ikut pergi ke medan perang. Namun naas, dengan harapan mengambil sesuatu dari
perang, mereka justru kehilangan banyak hal, teman – teman, dan gurunya
sendiri. Lebih memerihkan lagi di hati adalah karena, Gintoki sendirilah yang
harus membunuh gurunya yang amat dicintainya itu, demi menyelamatkan teman –
temannya. Dialah yang harus menanggung dosa itu, Dialah yang pada akhirnya
dibenci teman- temannya. Dia yang awalnya ingin melindungi teman – temannya dan
gurunya, nyatanya justru kehilangan semuanya. Dialah samurai yang kehilangan
segalanya, dialah Sakata Gintoki.
Apakah itu belum cukup menjadi tragedi bagimu? Karena di dalam anime
ini banyak sekali tragedy tragedi lain, seperti kisah cinta mengharukan antara
pelacur dan ajudan Shogun, seperti kisah cinta menyedihkan antara mahluk mutan
yang tidak lain dalah Ibu Kagura dan Ayahnya, seperti kisah seorang adik yang
harus membunuh kakaknya, seperti kisah seorang anak yang berusah mengusai kota
hanya demi agar ayahnya kembali. Namun sekali lagi aku katakan, tragedy itu
terkemas dalam komedi, yang akan membuatmu menangis ketika tengah tertawa, dan
membuatmu tertawa ketika tengah menangis.
“Aku membenci rembulan, saat malam dia menuntunmu padakau, namun dia
juga yang mengambilmu dariku saat fajar, aku berharap rembulan tak pernah
tenggelam, lalu kau akan selalu berada di sini bersamaku,”
“Rembulan akan kembali bersama hadirnya malam, dan suatu saat ketika
itu terjadi, aku akan membawamu pergi dari sini ketika fajar, tunggulah aku dimalam
purnama selanjutnya di bawah pohon bunga sakura yang bermekaran,”
“Kau harus berjanji pakau ya!”
“Janji”
Namun puluhan tahun berlalu, rambut pelacur itu mulai memutih,
tangan lelaki itu pun telah terpotong, purnama itu belum juga kunjung tiba,
sakura itu belum bermekaran.
“Kamu akhirnya datang, Kekasih. Bulan purnama terakhir ini telah
membawamu padaku. Namun maafkan aku, baik aku maupun sakura ini telah layu
dalam penantian ini,”
“Apa yang kamu katakan? Baik itu kamu maupun sakura ini, tak pernah
layu,”
“Apakah ini mimpi?”
“Tenang saja, meskipun ini mimpi, kamu tak akan pernah terbangun dari mimpi ini, karena
purnama ini tak akan pernah tenggelam, kita akan selalu bersama,”
Percakapan di atas adalah salah satu cuplikan Arc favoritku. Ya, bagiku yang menyukai keindahan kata – kata, kemampuan Sorachi
Hideaki dalam memilih kalimat sangatlah luar biasa, ini memang anime
pertarungan, namun pertarungan ini indah, menawan, tak seperti pertarungan
kekanak – kanakan anime lain. Dan yang lebih membuat ini indah adalah, anime
ini terasa nyata!
Setiap tokoh dalam anime ini memiliki kekurangan, dari pemalas,
stalker, saddist, hentai, penggila manisan, penggila mayones, dan sebagainya.
Karena memang begitulah hakikat manusia, memiliki kekurangan sehingga dapat
seling melengkapi dengan orang lain. Tidak lah seperti tokoh anime lain yang
terlihat sempurna, yang selalu berkata “AKU LEBIH BAIK MATI! DARIPADA
MENGHIANATI TEMANKU!” . Tokoh – tokoh anime di Gintama justru berusaha menjatuhkan
satu – sama lain, tapi begitulah teman dekat, begitulah mereka menunjukkan
cinta mereka.
Percayalah, tidak akan menyesal engkau menghabiskan waktu menikmati
kisah ini, 316 episode dan 581 chapter memang terlihat banyak, namun ketika
dirimu sudah hanyut sepertiku, justru akan semakin menyenangkan ketika masih ada
1000 episode lagi, masih ada 100.000 episode lagi. Karena pada faktanya kini
aku begitu merindukan Gintama yang tengah hiatus, lebih merindukannya daripada
mantan – mantanku. Hahaha.
Tapi hati – hatilah, kamu akan tertawa ketika menangis, dan menangis
ketika tengah tertawa. Begitulah Gintama menyebarkan kebahagiaan.