20 Maret 2013

Best gift in 18th



Sudut matanya sempit, menggambarkan dengan jelas bahwa dia memiliki darah Asia. Kulitnya jernih layaknya orang–orang cina lainya. Wajahnya cantik, cantik yang menentramkan hati. Dia juga sudah sangat dewasa dalam usianya. Ini bukanlah kisah asmaraku. Ini adalah tentang gadis mungil yang kutemui di kelas Kemipaan-10, gadis manis yang semanis kayu manis.
Tak banyak yang kuketahui dari dirinya. Aku ada di barisan belakang bangku kuliah, sedangkan dia ada di baris depan bangku kuliah. Dia rajin mencatat, dan aku malas mencatat. Wajar kalau dia kebanjiran nilai A dan aku kebanjiran nilai B atau malah C. Dia adalah orang yang paling sabar se-MIPA, hehe. Aku tidak tau harus mengungkapkannya bagaimana. Tapi dia adalah korban kejahilanku. Mau di dunia nyata ataupun di dunia maya aku selalu saja menggodanya. Alasan? Terkadang tak perlu alasan untuk melakukan sesuatu, bukan?
Awal pertemuanku denganya bukanlah pertemuan yang spesial layaknya pertemuan pertama antara Hawa dan Adam. Aku yang waktu itu memang sok kenal langsung cap cis cus mengajak ngobrol dia. Meski ketika aku meminta nomor HPnya tidak diberi >.< tapi itu bukanlah masalah. Lama kelamaan kita semakin dekat, dan aku pun kadang–kadang semakin jahil, dan dia pun sepertinya sudah semakin sabar. Kadang–kadang kita juga berbagi sedikit cerita soal nilai, keluarga, teman, bahkan asmara.
Apa yang membuat si Pemalas seperti aku mau membuang banyak kalori untuk menggerakan jari–jari, merangkai huruf–huruf agar sedikit memiliki makna, hanya demi menggambarkan sosok dirinya?
9 Summers 10 Autumns: Dari kota Apel ke The Big Apple.
Adalah kado ulang tahunku yang ke-18 darinya. Jujur selama hidupku jumlah kado yang aku terima masihlah dapat dihitung dengan jari. Merayakan ulang tahun? Jangankan untuk beli kue tar, beli beras buat besok saja harus mikir dulu. Ya, hidupku tak semewah kebanyakan orang. Hidupku sederhana tapi penuh warna. Aku tau rasanya lapar, aku tau rasanya kenyang. Aku tau rasanya lelah bekerja, aku tau rasanya nikmat tidur setelah bekerja.
Aku tak pernah berharap mendapat kado mewah, aku paham betul siapa diriku. Tapi apa yang dia berikan padaku? Sebuah buku penuh inspirasi pembangkit motivasi. Dia berdalih agar aku punya semangat untuk meraih mimpiku. Tapi sekali lagi aku paham siapa diriku, manusia biasa bertabur dosa. Tapi sekali lagi, tahukah kalian apa yang TUHAN berikan padaku? Ya, tuhan memberiku seorang teman, tuhan memberiku kado terbaik di usia 18 tahunku, si Kayu Manis.
Yogyakarta,
Di tanggal yang sudah lewat dari hari ulang tahunku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengunjung yang baik meninggalkan jejak. :)