Senyum itu
dingin. Layaknya gemuruh angin di Gunungkidul ketika menjelang hujan disertai
kabut, menusuk dari ujung rambut, hingga sudut hati yang paling sudut, dingin,
tapi membuatmu nyaman dan ingin tertidur. Ah, itulah senyummu wahai mahakarya
sang Pencipta, itulah senuyummu yang mengalihkan pagiku hari ini.
Dedaunan yang
gugur di sekitarku lah saksinya wahai mahakarya sang Pencipta. Tanyakan saja
pada mereka, betapa duniaku telah dialihkan oleh senyum itu, senyum yang
beberapakali sempat menghangat berkat ulah beberapa camar di atas sana yang
menuangkan beberapa cairan putih kepada beberapa sanak temannya.
Ah!Wahai engkau
sang mahakarya sang Pencipta, bolehkah aku bertanya siapa namamu? Bolehkah aku
berjalan menemanimu pulang? Bolehkah aku menggantikanmu memunguti dedaunan itu?
Bolehkah aku mengagumimu?
Itu adalah beberapa
pertanyaan yang sempat muncul dalam pikiran, namun tak pernah berhasil
mewujudkan diri menjadi nada yang dapat dipahami oleh manusia, hanya menjadi beberapa
gelombang bentuk komunikasi antara hati dan otak. Ah! Aku masihlah pengecut
cinta, ingin dicinta, namun tak mau terjatuh lagi, tak mau terluka lagi.
Sumber |
Ah, tuhan…
inikah seberkas cahaya yang kau kirimkan kepadaku manusia pengecut yang
terkurung dalam gelapnya dasar kawah? Atau ini hanyalah perangkap yang kau siapkan?
Mengangkatku ke atas untuk kemudian membanting dengan lebih keras?
Biarlah tetap
begini, dia bukanlah cahayaku, bukan pula perangkap untukku, dia hanyalah
sebuah mahakarya sang Pencipta. Biarlah… biarlah… semua tetap begini, tetap
menjadi asing satu sama lain.
Karena pada
dasarnya, asing adalah karunia terindah Tuhan untuk kita, dengan menjadi asing,
tak akan ada prasangka, yang ada hanyalah kekaguman ini. Tak ada janji yang
akan diingkari, karena memang tak pernah ada janji. Tak ada yang menunggu,
karena memang tak pernah berharap untuk dipertemukan. Tak ada yang akan
tersakiti, tak ada yang akan patah hati, karena memang kita hanyalah orang
asing satu sama lain.
Biarlah asing
tetap menjadi asing, itu lebih baik. Lebih baik daripada sepasang kekasih yang
telah usai masanya, kemudian kembali menjadi asing. Asing biarlah menjadi
asing.
Terimakasih wahai
engkau mahakarya sang Pencipta yang mengalihkan duniaku pagi ini. Terimakasih
telah menjadi asing yang tetap asing…
Redo.
Yang mungkin asing bagimu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pengunjung yang baik meninggalkan jejak. :)