3 April 2016

Asing Biarlah Tetap Menjadi Asing


Senyum itu dingin. Layaknya gemuruh angin di Gunungkidul ketika menjelang hujan disertai kabut, menusuk dari ujung rambut, hingga sudut hati yang paling sudut, dingin, tapi membuatmu nyaman dan ingin tertidur. Ah, itulah senyummu wahai mahakarya sang Pencipta, itulah senuyummu yang mengalihkan pagiku hari ini.
Dedaunan yang gugur di sekitarku lah saksinya wahai mahakarya sang Pencipta. Tanyakan saja pada mereka, betapa duniaku telah dialihkan oleh senyum itu, senyum yang beberapakali sempat menghangat berkat ulah beberapa camar di atas sana yang menuangkan beberapa cairan putih kepada beberapa sanak temannya.
Ah!Wahai engkau sang mahakarya sang Pencipta, bolehkah aku bertanya siapa namamu? Bolehkah aku berjalan menemanimu pulang? Bolehkah aku menggantikanmu memunguti dedaunan itu? Bolehkah aku mengagumimu?
Itu adalah beberapa pertanyaan yang sempat muncul dalam pikiran, namun tak pernah berhasil mewujudkan diri menjadi nada yang dapat dipahami oleh manusia, hanya menjadi beberapa gelombang bentuk komunikasi antara hati dan otak. Ah! Aku masihlah pengecut cinta, ingin dicinta, namun tak mau terjatuh lagi, tak mau terluka lagi.

Sumber
Ah, tuhan… inikah seberkas cahaya yang kau kirimkan kepadaku manusia pengecut yang terkurung dalam gelapnya dasar kawah? Atau ini hanyalah perangkap yang kau siapkan? Mengangkatku ke atas untuk kemudian membanting dengan lebih keras?
Biarlah tetap begini, dia bukanlah cahayaku, bukan pula perangkap untukku, dia hanyalah sebuah mahakarya sang Pencipta. Biarlah… biarlah… semua tetap begini, tetap menjadi asing satu sama lain.

Karena pada dasarnya, asing adalah karunia terindah Tuhan untuk kita, dengan menjadi asing, tak akan ada prasangka, yang ada hanyalah kekaguman ini. Tak ada janji yang akan diingkari, karena memang tak pernah ada janji. Tak ada yang menunggu, karena memang tak pernah berharap untuk dipertemukan. Tak ada yang akan tersakiti, tak ada yang akan patah hati, karena memang kita hanyalah orang asing satu sama lain.
Biarlah asing tetap menjadi asing, itu lebih baik. Lebih baik daripada sepasang kekasih yang telah usai masanya, kemudian kembali menjadi asing. Asing biarlah menjadi asing.

Terimakasih wahai engkau mahakarya sang Pencipta yang mengalihkan duniaku pagi ini. Terimakasih telah menjadi asing yang tetap asing…

Redo. 
Yang mungkin asing bagimu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengunjung yang baik meninggalkan jejak. :)