Di depanku
terdapat tumpukan donat penuh warna, ada yang hitam ditaburi putih, ada yang
berbentuk hati dengan taburan meses merah muda, dan beberapa lilin tengah
berjuang melawan api yang melahap tubuhnya. Aku memejamkan mata sejenak.
Mencoba mengusik hati paling dalam, mengorek keinginan dasar hatiku. Sulit.
Hatiku lama merespon. Dia takut, takut kecewa oleh harapannya sendiri.
“Aku berharap
dia, mewarna bersama ku,” kataku dalam hati sebagai sebuah harapan sebelum
meniup lilin ulang tahun, mata ini juga melihat ke arah seseorang. Ini adalah harapan yang sangat egois, yang
mungkin malah akan melukai lebih dalam. Aku yakin Tuhan tau maksud kuletakkan tanda
koma di dalam doa ku.
Aku
melihat ke dalam tumpukan donat, jauh ke
dalam. Aku terpesona. Indah, penuh warna. Ada putih, ada merah, ada kuning, ada
merah muda, ada hitam. Seperti sebuah kehidupan. Hitam adalah musibah,
kesedihan, bencana. Akan tetapi tanpa hitam untaian warna – warna tadi tidak
akan terlihat indah. Beberapa orang begitu mendambakan cinta, merah muda. Bayangkan
saja tuhan memberikan sebuah kehidupan penuh cinta, bahagia, selalu merah muda.
Apakah itu terlihat indah? Bagiku itu datar, monoton, membosankan.
Terkadang
sesuatu yang kita harapkan tidak terjadi, warna yang kita inginkan tidak
muncul. Itu karena tuhan tahu warna yang lebih baik untuk memperindah lukisan
hidup kita. Tuhan adalah seorang pelukis, pelukis kehidupan. Merah muda juga
memerlukan berapa biru, beberapa merah, beberapa putih, beberapa warna – warna
lain, bahkan beberapa hitam untuk benar – benar menjadi sebuah maha karya,
lukisan kehidupan yang indah.
Aku jadi
melihat kebelakang sejenak, mungkin kalau saat itu aku tidak jatuh dalam
kelamnya kesedihan, aku tidak akan sebahagia ini. Kalau tadi pagi ban motor ku
tidak bocor, mungkin aku tidak punya kesempatan memanjatkan doa ini. Meskipun
tetap kesedihan selalu melanda ketika hitam datang. Jujur, aku baru saja
terjatuh ke dalam jurang keterpurukan yang sangat dalam. Gelap. Mimpi – mimpiku
bahkan menguap meninggalkan diriku sendiri. Mimpi yang seharusnya menjadi
sayapku rontok. Tapi pada akhirnya aku sadar, aku dapat melihat sesuatu yang
sebelumnya tidak dapat kulihat dari atas. Siapakah teman sejati, yang
mengulurkan tangan membantu penuh senyum, atau yang justru tertawa bahagia
melihatku terpuruk. Semua terlihat dengan jelas. Aku bahkan juga mampu untuk
kembali melihat senyumnya, senyum kesukaanku sejak lama. Yah, sometimes falling
is the best part.
Bisa aku
katakan itu adalah hitam, masa laluku hitam. Mungkin hanya sebagian, aku harus
melihatnya dari jauh agar terlihat indah, mungkin. Aku jadi ingin menyimpulkan
warna masalalu ku. Putih? Hmmmm, atau biru? Apa merah? Ah aku tidak tau, warna
apapun itu, yang jelas itu adalah warna gemerlap penuh harta. Lalu, aku juga
menjadi penasaran akan warna di masa depanku, lukisan seperti apa yang tuhan
buatkan untuk kehidupanku? Ah, biarlah itu tuhan yang memutuskan, yang jelas warna
apapun itu, itu masih harus diberi banyak warna. Agar hidupku menjadi sebuah
mahakarya. Untuk itulah aku berharap dia, aku berharap manis.
FIUUUHHH
Lilin – lilin itu
sekarang bernafas lega setelah diselamatkan dari lumatan api, doa – doaku pun
berlari penuh harap kepada tuhan. Menyisakan tumpukan donat untuk menjadi korban para insan kelaparan. Selamat
ulang tahun Redo Febri Yanto.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pengunjung yang baik meninggalkan jejak. :)