Biasa. Semua masih biasa. Matahari masih setia dengan jalurnya, terbit untuk menghiasi cakrawala dari timur, untuk kemudian kembali ke peraduannya di barat. Hujan masih turun ke bawah, membawa dedebuan bersamanya. Bendera parpol yang seperti pelangi pun masih senantiasa berkibar tiada henti. Ladang padi pun masih senantiasa hijau, para petani masih harus bersabar, belum waktunya panen.
Namun ada yang berbeda. Sedikit. Ya, perbedaanya hanya terletak di bibir, matahari masih terbit seperti biasanya, namun saat matahari terbit aku tersenyum. Hujan mungkin turun seperti biasa, cuma kali ini aku tersenyum. Bendera parpol juga membuatku tersenyum. Melihat ladang padi yang luas? Aku tersenyum lebar. Ya, semua membawa senyuman padaku.
Matahari terbit, menandakan dia akan segera bangun. Hujan? Dia berujar dia suka hujan. Bendera parpol? Ya bendera parpol merah lah yang kugunakan untuk menandai gang menuju rumahnya. Ladang padi yang luas? Ya, itu pemandangan indah dari sekitar rumahnya.
Aku tersenyum. Bahagia? Mungkin. Karena pada faktanya aku tidak tau apa yang sebenarnya aku rasakan. Terkadang sedih, namun kadang berujung senyuman. Yah, dia. Seseorang yang di luar jangkauanku, temanku. Yah, mungkin inilah yang membedakan antara cinta dan nafsu. Cinta sudah seharusnya bahagia, ia tidak dibumbui nafsu untuk memiliki. Ataukah pemahamanku yang kurang? Namun memang begitulah hakikat manusia, belajar. Jadi, Tuhan..., izinkan aku mengenal cinta lebih jauh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pengunjung yang baik meninggalkan jejak. :)